Sabtu, 18 Maret 2023

Memoar_Sang Rembulan Dengan Sinarnya

            Aku duduk sendiri di ujung koridor kampus lantai 2 di dekat ruangan kelasku. Sebuah tempat yang sering kali digunakan oleh beberapa mahasiswa untuk berkumpul, berbagi resah atau sekedar menghisap sebatang rokok untuk menghilangkan penat sembari menunggu mata perkuliahan selanjutnya. 

        Aku diam membisu dengan netra yang terus menatap karya Tuhan yang paling indah di hadapanku. Ia sang mega yang membentang dengan warna biru yang begitu menenangkan. Hari ini langit sangat cerah tanpa ada awan kelabu yang menghiasi. Meskipun begitu, nyatanya tidak sama halnya dengan jiwaku yang kini nampak sendu. Ada sesak yang menghimpit dada dan berbagai perdebatan yang mengusik isi kepala. Sudah delapan bulan lebih kujalani peranku sebagai seorang mahasiswa, nyatanya ada sesuatu yang hilang dari jiwa yang kini membuatku berbeda. 

        "Mengapa di tempat ini aku merasakan perbedaan yang sangat kentara? Seperti ada yang hilang, tapi aku tidak tahu itu apa? Mungkinkah aku belum menemukan kenyamanan disini? Ataukah aku sudah kehilangan kepercayaan diriku?" pikirku.

        Nyatanya bukanlah hal yang mudah bagiku untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, diperlukan banyak waktu bagi diri ini untuk memahami dan menerima semuanya. Tidak semua orang dapat berkenan menerima eksistensi dan entitas ku dilingkungan mereka. Selama menjalani perkuliahan ada berbagai karakter manusia yang ku temui dengan berbagai potensi yang mereka miliki. Apalagi di program studi pendidikan yang ku pilih ini, ada banyak mahasiswa yang pandai dalam public speaking dengan wawasan yang begitu luas dalam ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya. Mereka juga aktif dikelas maupun organisasi kampus dan bahkan sebagian dari mereka juga ada yang sudah bekerja. 

        "Hufft, kenapa sih aku gak bisa seperti mereka, yang pandai dalam berbicara dan menyampaikan opini?", monologku.

        "Ide dan gagasanku terkadang tertahan dan tersimpan di pikiranku sendiri. Dan bahkan kerap kali apa yang aku sampaikan pada mereka berbeda dengan rangkaian kata yang telah aku susun di dalam pikiranku."

    "Presentasiku di beberapa pertemuan perkuliahan pun sangat kacau. Bahkan kerap kali aku merasakan demam panggung ketika dihadapkan dengan banyaknya pasang mata."

        "Beberapa teman-temanku pun sudah jauh melangkah dariku, sebagian dari mereka telah memiliki pencapaian yang bagus dibandingkan ku, lalu bagaimana dengan pencapaian ku? Mencoba hal baru di bidang lain pun sudah aku lakukan, nyatanya lagi dan lagi aku gagal. Sepayah itu kah aku?"

        Dan kalimat-kalimat serupa lainnya kini mulai memenuhi isi kepala, menyalahkan diri sendiri atas sebuah kegagalan hingga membandingkan pencapaian diri dengan orang lain. Ku pejamkan mata sambil menghirup udara lalu membuangnya perlahan dan ku lakukan ini secara berulang dengan harapan dapat membuatku sedikit lebih tenang. 

       "Seharusnya aku gak perlu membandingkan pencapaian orang lain dengan pencapaian ku. Bukankah setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing? Ketika rencana kita gagal masih ada cara lain yang bisa kita lakukan, bukan? Mungkin saja saat ini aku harus berusaha lebih keras dan setiap kegagalan merupakan bagian dari proses yang harus ku lalui. Aku percaya semua orang akan sukses dibidang yang mereka tekuni dan waktu sukses setiap orang tidaklah sama." ucapku berusaha menyemangati diri ini yang hampir menyerah hingga tak terasa kedua sudut bibirku tertarik membentuk bulan sabit. Meyakinkan diri untuk percaya akan kemampuan diri karena sang rembulan akan bersinar dengan sinarnya diwaktu yang tepat.





#aksarandah_ #memoar #mentalhealth #percayadiri

Secret Admirer