SEJARAH PERISTIWA G30/SPKI
Latar Belakang
Peristiwa G30-S/PKI atau gerakan 30 september merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia. G30S/PKI atau disingkat Gestapu ( Gerakan September Tiga Puluh ) atau Gestok ( Gerakan Satu Oktober ) ini terjadi pada tangal 30 september sampai dengan tanggal 1 oktober 1965 yang menyebabkan enam perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat serta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta. PKI dipercaya sebagai dalang dari peristiwa penculikan dan pembunuhan ini. Pemberontakan ini dilatarbelakangi oleh tujuan untuk merebut kekuasaan pemerintahan yang ada pada saat itu dan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunisme.
Menurut Sudirjo, (1977:39-42) Selain karena ingin merebut kekuasaan, ada juga faktor lain yang membuat mereka melakukan pemberontakan itu, yakni :
1) 1). Angkatan Darat menolak pembentukan Angkatan Kelima
Angkatan Kelima merupakan unsur pertahanan keamanan Republik Indonesia yang diduga sebagai gagasan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Angkatan ini diambil dari kalangan buruh dan petani yang dipersenjatai. Namun versi lain menyebutkan bahwa Angkatan Kelima merupakan ide dari Presiden Soekarno untuk menambah angkatan bersenjata di Indonesia karena menerima bantuan dari luar negeri.
2) 2). Anggkatan Darat menolak adanya Nasakomisasi .
Nasakomisasi/nasakom (Nasional, Agama, Komunis) merupakan ajaran Bung Karno yang mengharuskan adanya persatuan “nasional progresif revolusioner” . Ajaran Nasakom ini oleh PKI diharuskan untuk diterapkan secara struktural, yaitu bahwa dalam setiap badan dan kegiatan negara, termasuk ABRI, golongan komunis harus diikutsertakan.
Awal mulanya yaitu pada tanggal 1 - 10 Juni 1965 di berbagai tempat di Indonesia diadakan pendidikan kilat kader Nasakom yang diselenggarakan oleh Front Nasional yang merupakan salah satu usaha dari indoktrinasi (antara lain Kursus Kader Revolusi) yang dilakukan pada masa itu (Sucipto,2013:33).
3). Angkatan Darat Menolak Poros Jakarta-Peking
Poros Jakarta Peking merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan Nefo yang merupakan salah satu hal yang melandasi adanya Politik Konfrontasi. Pada saat itu di Indonesia sedang diberlakukan Politik Kontfontasi yang lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti Negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Nefo sendiri merupakan kekuatan baru yang muncul dari negara-negara progresif revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti imperialisme dan kolonialisme (Sudirjo,1977:41).
Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI
Beberapa hari menjelang terjadinya peristiwa G.30.S/PKI, terdengar kabar bahwa kesehatan Presiden Soekarno menurun dan kemungkinan akan lumpuh atau meninggal. Mengetahui hal tersebut Dipa Nusantara Aidit langsung memulai gerakan dengan membuat sebuah rencana pergerakan terlebih dahulu . Kemudian, Rencana gerakan tersebut diserahkan kepada Kamaruzaman alias Syam yang diangkat sebagai ketua Biro Khusus Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sebelumnya telah disetujui oleh Dipa Nusantara Aidit sendiri. Biro khusus ini menghubungi kadernya dikalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) , seperti Brigadil Jenderal Supardjo, Letnan Kolonel Untung dari Cakrabirawa, Kolonel Sunardi dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) , Marsekal Madya Omar Dani dari Angkatan Udara (AU) dan Kolonel Anwar dari Kepolisian. Menjelang pelaksanaan pemberontakan Gestapu 1965, pimpinan PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kolonel Untung sebagai pemimpin dari Gerakan G30-S/PKI tahun 1965, memerintahkan kepada seluruh anggotanya untuk siap dan mulai bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965 untuk melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan seorang perwira pertama dari Angkatan Darat yang dibunuh dan diculik dari kediamannya masing-masing, (Sucipto,2013:112-114).
Dalam proses penculikan para perwira tinggi Angkatan Darat tersebut, PKI juga berusaha menculik Jendral A.H. Nasution. Namun, usaha mereka gagal karena Jendral A.H. Nasution dapat meloloskan diri dari kepungan PKI. Akan tetapi, putri JendralA.H. Nasution yaitu Ade Irma Suryani Nasution dan Letnan Piere Tendean yang merupakan ajudan Jendral A.H. Nasution serta Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun telah menjadi korban.
Selain itu, PKI juga melakukan pemberontakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia dan salah satunya yaitu di Yogyakarta. Dalam pemberontakan ini PKI telah membunuh Kolonel Katamso Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto. Pembunuhan dilakukan dengan cara kejam. Sebelumnya, para perwira Pancasila itu disiksa dengan keji yang kemudian jenazahnya diseret dan dibuang ke dalamsumur di Lubang Buaya (Sudharmono,1985:43).
Tindakan Penumpasan G30S/PKI
Penumpasan pemberontakan G30-S/PKI dilakukan oleh Mayjend Soeharto yang sebelumnya telah mengambil alih Komando Angkatan Darat. Pada tanggal 2 Oktober beliau diberi tugas untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Dengan keputusan Presiden No.142/KOTI/1965 Tanggal 1 November 1965, penugasan tersebut lebih dipertegas dengan pengangkatan beliau sebagai Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Sudharmono,1985:52). Dalam penumpasan G30-S/PKI, Mayjend Soeharto mulai menyusun sebuah rencana penumpasan yang selanjutnya mengkonsolidasikan serta menggerakan personil Markas Komando Strategis Angkatan Darat dan satuan- satuan lain yang ada di Jakarta yang tidak mendukung G30-S/PKI. Setelah pasukan-pasukan yang dipengaruhi PKI telah disadarkan, langkah selanjutnya yaitu merebut kembali Studio RRI Pusat di Jakarta dan Kantor Telekomunikasi yang sejak pagi diduduki oleh PKI. Dalam usaha penumpasan G30-S/PKI diberbagai daerah di Indonesia ini, para ABRI juga mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dan organisasi-organisasi lain yang masih setia kepada pancasila.
Daftar Pustaka
Sebastianus S. Rahmat, Artikel : Pengaruh Pemutaran Film G 30 S/PKI Terhadap
Nasinalisme Siswa Kelas X SMK PGRI 3 SIDOARJO Tahun Pelajaran 2017/2018, (Sidoarjo : STKIP PGRI,2018 )
Albyanka Romero Himawan & Nala Nandana Undiana, Jurnal: Pandangan Mahasiswa Terhadap Film Penghianatan G30S/PKI, (UPI,2021)
Adi Gunanto, Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia Untuk SMA/SMK/MA Semester 1 kelas XII (CV. Putra Kertonatan ), Sukoharjo
Andrianto, Kontroversi Keterlibatan Soeharto Dalam Penumpasan G30s/PKI 1965 (Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar