Jumat, 08 Oktober 2021

Sejarah Peristiwa G30-S/PKI


    Latar Belakang

           Peristiwa G30-S/PKI atau gerakan 30 september merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia. G30S/PKI atau disingkat Gestapu    ( Gerakan September Tiga Puluh ) atau Gestok ( Gerakan Satu Oktober ) ini terjadi pada tangal 30 september sampai dengan tanggal 1 oktober 1965 yang menyebabkan enam perwira tinggi dan  seorang  perwira  pertama Angkatan Darat serta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta. PKI dipercaya sebagai dalang dari peristiwa penculikan dan pembunuhan ini. Pemberontakan  ini dilatarbelakangi oleh tujuan  untuk merebut kekuasaan pemerintahan yang ada pada saat itu dan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Komunisme.

          Menurut Sudirjo, (1977:39-42) Selain karena ingin merebut kekuasaan, ada juga faktor  lain  yang  membuat  mereka melakukan pemberontakan itu, yakni :

1)                1). Angkatan Darat menolak pembentukan Angkatan Kelima

Angkatan  Kelima  merupakan  unsur  pertahanan  keamanan  Republik  Indonesia yang  diduga  sebagai  gagasan dari  Partai Komunis  Indonesia  (PKI).   Angkatan ini diambil dari kalangan buruh dan petani  yang  dipersenjatai.  Namun  versi  lain  menyebutkan  bahwa  Angkatan Kelima    merupakan  ide  dari Presiden  Soekarno  untuk menambah angkatan  bersenjata di  Indonesia  karena menerima bantuan dari luar negeri.

2)            2). Anggkatan Darat menolak adanya Nasakomisasi .

Nasakomisasi/nasakom (Nasional, Agama, Komunis) merupakan ajaran Bung  Karno  yang mengharuskan adanya persatuan “nasional progresif  revolusioner” . Ajaran Nasakom ini oleh PKI diharuskan  untuk diterapkan  secara  struktural,  yaitu bahwa  dalam  setiap  badan  dan  kegiatan negara, termasuk ABRI, golongan komunis harus diikutsertakan.

Awal mulanya yaitu pada tanggal  1 - 10 Juni  1965  di  berbagai  tempat  di Indonesia  diadakan  pendidikan kilat  kader  Nasakom yang diselenggarakan oleh  Front  Nasional yang merupakan  salah satu usaha dari  indoktrinasi (antara  lain  Kursus  Kader Revolusi)  yang dilakukan  pada  masa  itu   (Sucipto,2013:33).

3). Angkatan Darat Menolak Poros Jakarta-Peking

Poros Jakarta Peking merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan Nefo yang merupakan salah satu hal yang melandasi adanya Politik Konfrontasi. Pada saat itu di Indonesia sedang diberlakukan Politik Kontfontasi yang lebih  mengarah  pada negara-negara  kapitalis  seperti  Negara Eropa  Barat  dan  Amerika  Serikat. Nefo sendiri merupakan kekuatan  baru  yang muncul  dari negara-negara  progresif  revolusioner (termasuk  Indonesia  dan  negara-negara komunis umumnya) yang anti imperialisme dan  kolonialisme (Sudirjo,1977:41).

Peristiwa Pemberontakan  G30S/PKI

Beberapa hari menjelang  terjadinya  peristiwa G.30.S/PKI, terdengar  kabar bahwa kesehatan Presiden  Soekarno  menurun  dan kemungkinan akan lumpuh atau meninggal. Mengetahui  hal  tersebut  Dipa  Nusantara Aidit  langsung  memulai  gerakan dengan membuat sebuah rencana pergerakan terlebih dahulu . Kemudian, Rencana gerakan tersebut diserahkan kepada Kamaruzaman alias  Syam  yang  diangkat  sebagai  ketua Biro  Khusus  Partai  Komunis  Indonesia (PKI)  yang sebelumnya telah disetujui  oleh  Dipa  Nusantara Aidit sendiri.  Biro  khusus  ini  menghubungi kadernya  dikalangan  Angkatan  Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) , seperti Brigadil Jenderal  Supardjo,  Letnan Kolonel  Untung dari  Cakrabirawa,  Kolonel  Sunardi  dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) , Marsekal Madya Omar Dani dari Angkatan  Udara  (AU)  dan  Kolonel  Anwar dari  Kepolisian. Menjelang  pelaksanaan pemberontakan Gestapu 1965, pimpinan PKI telah  beberapa  kali  mengadakan pertemuan  rahasia secara berpindah-pindah  dari satu tempat ke tempat yang  lain.  Kolonel  Untung  sebagai pemimpin  dari  Gerakan  G30-S/PKI  tahun 1965, memerintahkan  kepada  seluruh anggotanya  untuk  siap  dan mulai bergerak  pada  dini  hari  1  Oktober  1965 untuk  melakukan  serangkaian  penculikan dan pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan  seorang  perwira  pertama  dari Angkatan  Darat yang dibunuh  dan  diculik  dari kediamannya masing-masing, (Sucipto,2013:112-114). 

Mereka dibunuh dan dianiaya secara kejam diluar batas perikemanusiaan. Kemudian jenazah mereka dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua di Lubang Buaya. Lubang Buaya  merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Pangkalan Udara Tama (Lanutama) Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Adapun enam perwira tinggi dan seorang  perwira  pertama Angkatan Darat  yang menjadi korban dari pemberontakan G30-S/PKI yaitu:  
 
1). Mayjen Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat),
 
2). Mayjen Raden Soeprapto (Deputi II Men/Pangat),
 
3). Mayjen Siswondo Parman (Asisten I Men/Pangad)
 
4). Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Men/Pangad), 
 
5). Brigjen Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Men/Pangad)
 
6). Brigjen Sutoyo Siswomihardjo (Inspektur Keehakiman/Oditur Jenderal AD). 
 
7). Letnan Satu Piere Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H. Nasution)

Dalam proses penculikan para perwira tinggi Angkatan Darat tersebut, PKI juga berusaha menculik Jendral A.H. Nasution. Namun, usaha mereka gagal karena Jendral  A.H.  Nasution  dapat  meloloskan diri  dari  kepungan PKI. Akan tetapi, putri  JendralA.H.  Nasution yaitu Ade  Irma  Suryani  Nasution dan Letnan Piere Tendean yang merupakan ajudan Jendral A.H. Nasution  serta  Brigadir  Polisi  Karel Satsuit Tubun telah menjadi korban.

Selain itu, PKI juga melakukan pemberontakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia dan salah satunya yaitu di  Yogyakarta.  Dalam pemberontakan ini PKI  telah  membunuh Kolonel  Katamso  Dharmokusumo  dan Letnan  Kolonel  Sugiyono  Mangunwiyoto. Pembunuhan  dilakukan  dengan  cara kejam.  Sebelumnya,  para  perwira Pancasila itu  disiksa  dengan  keji yang kemudian jenazahnya diseret dan dibuang ke dalamsumur  di  Lubang  Buaya  (Sudharmono,1985:43).

Tindakan Penumpasan G30S/PKI

        Operasi penumpasan  G30-S/PKI  dilakukan  pada hari Jumat tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jenderal  Soeharto yang  menjabat Panglima  Komando  Strategis  Angkatan Darat  (Kostrad)  mengambil  alih  Komando Angkatan   Darat.  Di  bawah  pimpinan Kolonel  Sarwo  Edhi Wibowo Studio  Radio Republik  Indonesia  (RRI)  pusat,  gedung besar  telekomunikasi  dapat  direbut kembali serta penangkapan  terhadap pemberontakan PKI. Sebelumnya, para Jenderal yang diculik dan berussaha dibunuh itu dituduh mengadakan perebutan kekuasaan terhadap pemerintah. Mereka menyebut ada "Dewan Jenderal" yang akan mengambil alih kekuasaan Presiden Soekarno. Tetapi tuduhan ini ternyata tidak benar justru G30-S/PKI inilah yang sebenarnya berusaha mengadakan perebutan kekuasaan terhadap pemerintah yang sah. Hal ini terbukti dengan dikuasainya Studio RRI Pusat Jakarta yang berada di Jl. Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang berada di Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

        Penumpasan pemberontakan G30-S/PKI dilakukan oleh Mayjend Soeharto yang sebelumnya telah mengambil alih Komando Angkatan Darat. Pada tanggal 2 Oktober beliau diberi tugas untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Dengan keputusan Presiden No.142/KOTI/1965 Tanggal 1 November 1965, penugasan tersebut lebih dipertegas dengan pengangkatan beliau sebagai Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Sudharmono,1985:52). Dalam penumpasan G30-S/PKI, Mayjend Soeharto mulai menyusun sebuah rencana penumpasan yang selanjutnya mengkonsolidasikan serta menggerakan personil Markas Komando Strategis Angkatan Darat dan satuan- satuan lain yang ada di Jakarta yang tidak mendukung G30-S/PKI. Setelah pasukan-pasukan yang dipengaruhi PKI telah disadarkan, langkah selanjutnya yaitu merebut kembali Studio RRI Pusat di Jakarta dan Kantor Telekomunikasi yang sejak pagi diduduki oleh PKI. Dalam usaha penumpasan G30-S/PKI diberbagai daerah di Indonesia ini, para ABRI juga mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dan organisasi-organisasi lain yang masih setia kepada pancasila.

        
 
 

Daftar Pustaka 

Sebastianus S. Rahmat, Artikel : Pengaruh  Pemutaran Film  G 30 S/PKI Terhadap
Nasinalisme Siswa Kelas X SMK PGRI 3 SIDOARJO Tahun Pelajaran 2017/2018, (Sidoarjo : STKIP PGRI,2018 )
 

Albyanka Romero Himawan & Nala Nandana Undiana, Jurnal: Pandangan Mahasiswa Terhadap Film Penghianatan G30S/PKI, (UPI,2021)

Adi Gunanto, Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia Untuk SMA/SMK/MA Semester 1 kelas XII (CV. Putra Kertonatan ), Sukoharjo

Andrianto, Kontroversi Keterlibatan Soeharto Dalam Penumpasan G30s/PKI 1965 (Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Secret Admirer